Rabu, 19 Februari 2014

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN SINDROM STEVEN JOHNSON



ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN SINDROM STEVEN JOHNSON





sdfd.jpg





Disusun Oleh :
Zul Aziz Baehaqi
A01201709


PRODI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH GOMBONG
TAHUN 2013




LAPORAN PENDAHULUAN

A.    Definisi
Sindrom Steven Johnson adalah sindrom yang mengenai kulit, selaput lendir di orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dan ringan sampai berat, kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel atau bula dapat disertai purpura (Djuanda, 1993: 127).
Sindrom Steven Johnson adalah penyakit kulit akut dan berat yang terdiri dari erupsi kulit, kelainan dimukosa dan konjungtifitis (Junadi, 1982: 480).
Sindrom Steven Johnson adalah sindrom kelainan kulit berupa eritema, vesikel/bula, dapat disertai purpura yang mengenai kulit, selaput lendir yang orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari baik sampai buruk (Mansjoer, A. 2000: 136).

B.     Etiologi
Penyebab belum diketahui dengan pasti, namun beberapa faktor yang dapat dianggap sebagai penyebab adalah:
a)      Alergi obat secara sistemik (misalnya penisilin, analgetik, arti piuretik)
·         Penisilline dan semisentetiknya
·         Sthreptomicine
·         Sulfonamida
·         Tetrasiklin
·         Anti piretik atau analgesik (derifat, salisil/pirazolon, metamizol, metampiron dan paracetamol)
·         Kloepromazin
·         Karbamazepin
·         Kirin Antipirin
·         Tegretol
b)     Infeksi mikroorganisme (bakteri, virus, jamur dan parasit)
·         Neoplasma dan faktor endokrin
c)      Faktor fisik (sinar matahari, radiasi, sinar-X)
d)     Makanan

C.    Tanda dan gejala
Sindroma Steven Johnson ini umunya terdapat pada anak dan dewasa, jarang dijumpai pada usia 3 tahun kebawah. Keadaan umumnya bervariasi dari baik sampai buruk sampai kesadarannya spoor dan koma. Berawal dari penyakit akut dapat disertai gejala prodromal berupa demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek dan nyeri tenggorokan. Trias Steven Johnson (Hudak & Gallo, 2010. Hlm: 601) adalah :
a)      Kelainan kulit berupa eritema, vesikel, dan bula yang kemudian memecah sehingga terjadi erosi yang luas. Purpura dapat terjadi dan prognosisnya menjadi lebih buruk. Pada keadaan berat kelainannya generalisata.
b)      Kelainan selaput lendir orifisium, yang tersering ialah mukosa mulut (100%), orifisium genitalia eksterna  (50 %), lubang hidung (8%), dan anus (4%).
c)      Kelainan mata (80%) yang tersering konjungtivitis kataralis. Dapat terjadi konjungtivitis purulen, perdarahan, simblefaron, ulkus kornea, iritis dan iridosiklitis.
d)     Selain kelainan tersebut dapat terjadi kelainan lain, misalnya nefritis dan onikolisis.

D.    Patofisiologi
Menurut Ignatavicius, Workman (2008, hlm.1614), Syndrom Steven Johnson disebabkan karena adanya trauma dan kelainan neurologis yang akan mengakibatkan gangguan syaraf pernafasan dan otot pernafasan sehingga menyebabkan peningkatan permeabilitas membran alveolar kapiler. Karena gangguan tersebut dapat menyebabkan adanya dua macam gangguan yaitu yang pertama yaitu apithelium alveolar yang menyebabkan penumpukan cairan alveoli sehingga terjadi edema pulmo sehingga penurunan comlain paru, cairan surfaktan menurun dan mengakibatkan gangguan pengembangan paru sehingga terjadi ventilasi dan perfusi yang tidak seimbang dengan penyakit hipoksemia dan hiperkpnia denga melakukan tindakan primer tetapi menyababkan dampak ventilasi mekanik seperti resiko infeksi dan resiko cedera. Sedangkan gangguan yang kedua adalah yaitu  gangguan endothelium kapiler dengan cairan masuk keintestinal sehingga peningkatan tahanan nafas dan kehilangan fungsi silia saluran pernafasan dan bersihan jalan nafas tidak efektif.

E.     Penatalaksanaan
1.      Kortikosteroid
Bila keadaan umum baik dan lesi tidak menyeluruh cukup diobati dengan prednisone 30-40 mg sehari. Namun bila keadaan umumnya buruk dan lesi menyeluruh harus diobati secara tepat dan cepat. Kortikosteroid merupakan tindakan file-saving dan digunakan deksametason intravena dengan dosis permulaan 4-6 x 5 mg sehari.
Umumnya masa kritis diatasi dalam beberapa hari. Pasien steven-Johnson berat harus segera dirawat dan diberikan deksametason 6×5 mg intravena. Setelah masa krisis teratasi, keadaan umum membaik, tidak timbul lesi baru, lesi lama mengalami involusi, dosis diturunkan secara cepat, setiap hari diturunkan 5 mg. Setelah dosis mencapai 5 mg sehari, deksametason intravena diganti dengan tablet kortikosteroid, misalnya prednisone yang diberikan keesokan harinya dengan dosis 20 mg sehari, sehari kemudian diturunkan lagi menjadi 10 mg kemudian obat tersebut dihentikan. Lama pengobatan kira-kira 10 hari.
Seminggu setelah pemberian kortikosteroid dilakukan pemeriksaan elektrolit (K, Na dan Cl). Bila ada gangguan harus diatasi, misalnya bila terjadi hipokalemia diberikan KCL 3 x 500 mg/hari dan diet rendah garam bila terjadi hipermatremia. Untuk mengatasi efek katabolik dari kortikosteroid diberikan diet tinggi protein/anabolik seperti nandrolok dekanoat dan nanadrolon. Fenilpropionat dosis 25-50 mg untuk dewasa (dosis untuk anak tergantung berat badan).
2.      Antibiotik
Untuk mencegah terjadinya infeksi misalnya bronkopneumonia yang dapat menyebabkan kematian, dapat diberi antibiotic yang jarang menyebabkan alergi, berspektrum luas dan bersifat bakteriosidal misalnya gentamisin dengan dosis 2 x 80 mg.
3.      Infus dan tranfusi darah
Pengaturan keseimbangan cairan/elektrolit dan nutrisi penting karena pasien sukar atau tidak dapat menelan akibat lesi dimulut dan tenggorokan serta kesadaran dapat menurun. Untuk itu dapat diberikan infus misalnya glukosa 5 % dan larutan Darrow. Bila terapi tidak memberi perbaikan dalam 2-3 hari, maka dapat diberikan transfusi darah sebanyak 300 cc selama 2 hari berturut-turut, terutama pada kasus yang disertai purpura yang luas. Pada kasus dengan purpura yang luas dapat pula ditambahkan vitamin C 500 mg atau 1000 mg intravena sehari dan hemostatik.
4.      Topikal
Terapi topical untuk lesi di mulut dapat berupa kenalog in orabase. Untuk lesi di kulit yang erosif dapat diberikan sufratulle atau krim sulfadiazine perak.
Tes diagnostic
A.    Pemeriksaan laboratorium:
Tidak ada pemeriksaan labor (selain biopsi) yang dapat membantu dokter dalam menegakkan diagnosa.
B.     Pemeriksaan darah lengkap (CBC) dapat menunjukkan kadar sel darah putih yang normal atau leukositosis nonspesifik. Penurunan tajam kadar sel darah putih dapat mengindikasikan kemungkinan infeksi bakterial berat.
C.     Determine renal function and evaluate urine for blood.
D.    Pemeriksaan elektrolit
E.     Kultur darah, urine, dan luka diindikasikan ketika infeksi dicurigai terjadi.
F.      Pemeriksaan bronchoscopy, esophagogastro duodenoscopy (EGD), dan kolonoskopi dapat dilakukan
G.    Chest radiography untuk mengindikasikan adanya pneumonitis
H.    Pemeriksaan histopatologi dan imonohistokimia dapat mendukung ditegakkannya diagnosa.



ASUHAN KEPERAWATAN STEVEN JOHNSON
A.    Pengkajian
1.      Biodata
Nama               : Tn. X
Umur                : 30
Pekerjaan         : PNS
2.      Riwayat kesehatan
a.      Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri seperti panas terbakar.
b.      Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengalami eritema, vesikel, bula dan terjadi purpura, berat badan menurun, sulit menelan, tidak selera makan, nyeri tenggorokan.
c.       Riwayat kesehatan dahulu
Pasien belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.
d.      Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang mempunyai penyakit menular.
3.      Pengkajian pola fungsional
1)      Pola nafas
Sebelum sakit  : Pasien dapat bernafas dengan normal tanpa alat bantu
 pernafasan.
Saat dikaji       : Pasien dapat bernafas dengan normal tanpa alat bantu
 pernafasan.
2)      Nutrisi
Sebelum sakit  : Pasien mengatakan 3x sehari dengan porsi nasi
 dengan lauk pauk seadanya dan minum air putih  6-7
 gelas.
Saat dikaji       : Pasien hanya menghabiskan setengah porsi makan
                         yang disediakan dari rumah sakit dan mual muntah
 ketika makan . minum air putih 5 gelas perhari dan 
 minum air teh.
3)      Eliminasi
Sebelum sakit  : Pasien mengatakan biasa BAB 1 kali sehari dengan
 konsistensi padat,warna kuning,BAK 4-5 x/hari
 dengan warna kuning jernih.
Saat dikaji       : Pasien mengatakan BAB 1 kali sehari dengan
 konsistensi lembek , warna kuning kecoklatan,berbau
 khas fese. BAK 4 – 7 kali sehari dengan warna
 kuning keruh seperti teh.
4)      Pola istirahat tidur
Sebelum sakit  : Pasien bisa tidur 7-8 jam/hari tanpa ada gangguan
 jarang tidur siang.
Saat dikaji       : Pasien mengatakan tidak bisa tidur semalaman dan
 juga siang tidak bisa tidur.
5)      Pola gerak dan keseimbangan
Sebelum sakit  : Pasien dapat melakukan kegiatan dan aktifitas tanpa
 bantuan orang lain.
Saat dikaji       : Pasien tidak dapat bergerak bebas karena badanya
 nyeri. Aktivitas sehari – hari seperti mandi, makan,
 BAB, BAK dibantu perawat dan
 keluarga.
6)      Personal higine
Sebelum sakit  : Pasien mnegatakn 2x/hari dengan mengguanakan
 sabun dan selau gosok gigi keramas 2x seminggu.
Saat dikaji       : Pasien hanya diseka oleh keluarganya pagi dan sore
 hari.
7)      Berpakaian
Sebelum sakit  : Pasien memilih dan memakai secara mandiri.
Saat dikaji       : Pasien berpakaian dengan dibantu oleh keluarga.
8)      Mempertahankan suhu tubuh
Sebelum sakit  : Pasien mnegatakan jika dingin memakai jaket dan
 slimut jika panas pasien hanya memakai baju yang
 tipis dan menyerap kringat.
Saat dikaji       : Pasien tidak memakai baju dan hanya memakai sarung
 dan slimut , suhu 36,4oC
9)      Rasa aman dan nyaman
Sebelum sakit  : Pasien merasa aman dan nyaman.
Saat dikaji       : Pasien merasa tidaknyaman karena badannya terasa
 nyeri seperti terbakar.
10)  Komunikasi
Sebelum sakit  : Pasien mengatakan dapat berkomunikasi dengan
 orang lain dengan lancer baik bis amenggunakan
 bahaasa jawa dan Indonesia.
Saat dikaji       : Pasien mengatakan kawatir bila penyakitnya tak
 sembuh.
11)  Bekerja
Sebelum sakit  : Pasien bekerja sebagai petani.
Saat dikaji       : Pasien tidak bisa melakukan kegiatan seperti biasa
12)  Ibadah
Sebelun sakit   : Pasien mnengatatkan beragama islam dan biasa
                         menjalankan sholat 5 waktu.
Saat dikaji       : Pasien dapat menjalankan ibadah sholat 5 waktu.
13)  Rekreasi
Sebelum sakit  : Pasien mengatakan untuk mengisi waktu luangnya
                         passion slalu berkumpul dengan kluarga terdekat atau
 keluarga.
Saat dikaji       : Pasien hanya tiduran ditempat tidur dan berbincang-
 bincang dengan kluarga dan pasien sebelahnya.
14)  Belajar
Sebelum sakit  : Pasien mngatakan tidak mengetahui tantang penyakit
 sekarang.
Saat dikaji       : Pasien mendapatkan informasi tentang penyakit dari
 dokter dan perawat.
4.      Pemeriksaan fisik
·         Tanda-tanda vital
1)      Keadaan umum           : compos mentis
2)      Tekanan darah             : 120/70 mmHg
3)      Nadi                            : 70 x/menit
4)      Suhu                            : 370C
5)      Respirasi                      : 25 x/menit
·         Head to toe
1)      Kulit dan rambut
Inspeksi
Warna kulit                 : merah muda (normal), tidak ada lesi
Jumlah rambut             : tidak rontok
Warna rambut             : hitam
Kebersihan rambut      : bersih
Warna kulit sawo matang, terdapat eritema.
2)      Kepala
Inspeksi           : Bentuk simetris antara kanan dan kiri
             Bentuk kepala lonjong tidak ada lesi
Palpasi             : Tidak ada nyeri tekan.
3)      Mata
Inspeksi           : Bentuk bola mata lonjong, sklera ikhterik.
4)      Telinga
Inspeksi           : Ukuran sedang, simetris antara kanan dan kiri,
 tidak ada serumen pada lubang telinga, tidak
 ada benjolan.
5)      Hidung
Inspeksi           : Simetris, tidak ada sekret, tidak ada lesi
Palpasi             : Tidak ada benjolan.
6)      Mulut
Inspeksi           : Bentuk mulut simetris, lidah bersih, gigi bersih,
                         mukosa lembab.
7)      Leher
Inspeksi           : Bentuk leher simetris, tidak terdapat benjolan
 di leher.
Palpasi             : ada nyeri telan.
8)      Paru
Inspeksi           : simetris antara kanan dan kiri
Palpasi             : getaran lokal femitus sama antara kanan dan
  kiri
Auskultasi        : normal
Perkusi            : resonan
9)      Abdomen
Inspeksi           : perut datar simetris antara kanan dan kiri
Palpasi             : tidak ada nyeri
Perkusi            : resonan
5.      Pemeriksaan penunjang
a)      Pemeriksaan laboratorium:
Tidak ada pemeriksaan labor (selain biopsi) yang dapat membantu dokter dalam menegakkan diagnosa.
b)     Pemeriksaan darah lengkap (CBC) dapat menunjukkan kadar sel darah putih yang normal atau leukositosis nonspesifik. Penurunan tajam kadar sel darah putih dapat mengindikasikan kemungkinan infeksi bakterial berat.
c)      Determine renal function and evaluate urine for blood.
d)     Pemeriksaan elektrolit
e)      Kultur darah, urine, dan luka diindikasikan ketika infeksi dicurigai terjadi.
f)       Pemeriksaan bronchoscopy, esophagogastro duodenoscopy (EGD), dan kolonoskopi dapat dilakukan.
g)      Chest radiography untuk mengindikasikan adanya pneumonitis
h)     Pemeriksaan histopatologi dan imonohistokimia dapat mendukung ditegakkannya diagnosa.
B.     Analisa data
No.
Tgl/jam
Data fokus
Etiologi
Problem
1.       

Ds:
-          Pasien mengatakan nyeri seperti panas terbakar
Do:
-          Kulit terlihat kemerahan
-          Eritema
-          Terdapat bula dan terjadi pupura
Inflamasi dermal dan epidermal
Gangguan integritas kulit
2.       

Ds:
-          Pasien mengatakan kesulitan saat menelan
-          Pasien mengatakan tidak selera makan
-          Pasien mengatakan nyeri saat menelan
Do:
-          Berat badan menurun
-          Pasien terlihat pucat dan lemah
Kesulitan menelan
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3.       

Ds:
-          Pasien mengatakan nyeri
-          P:  nyeri saat bergerak
-          Q: seperti terbakar
-          R: dikulit
-          S: 7
-          T: saat bergerak
Do:
-          Pasien tampak menahan nyeri
-          Pasien tampak merengek
Inflamasi pada kulit
Nyeri akut

C.    Diagnose keperawatan
1)      Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan inflamasi dermal dan epidermal.
2)      Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan.
3)      Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada kulit.

D.    Intervensi keperawatan
No.
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
1.       
Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan inflamasi dermal dan epidermal
Diharapkan inflamasi dermal dan epidermal berkurang

kriteria hasil : Menunjukkan kulit dan jaringan kulit yang utuh
Observasi kulit setiap hari catat turgor sirkulasi dan sensori serta perubahan lainnya yang terjadi.

Inspeksi kulit pasien setiap pergantian tugas jaga,dokumentasi kondisi kulit dan laporkan setiap perubahan keadaan.

Lakukan perawatan luka pada kulit agar infeksi tidak meluas dan untuk mempercepat proses penyembuhan.

Ubah posisi pasien minimal 2 jam dan ikuti jadwal pengubahan posisi yang dipasang disamping tempat tidur Pantau pengubahan posisi.

Kolaborasi dengan tim medis
2.       
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan
Setelah dilakukan pemenuhan nutrisi selama 3x24 jam dengan kriteria hasil :
·         Menunjukkan berat badan stabil.

Peningkatan berat badan
Kaji kebiasaan makanan yang disukai/tidak disukai.
Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering.
Hidangkan makanan dalam keadaan hangat.
Kolaborasi dengan ahli gizi.
3.       
Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada kulit
Setelah dilakukan perawatan pemenuhan rasa nyaman selama 3x24 jam dengan kriteria hasil :
Klien melaporkan nyeri berkurang.
Menunjukkan ekspresi wajah rileks.
Postur tubuh rileks.
Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi dan intensitasnya.
Berikan tindakan kenyamanan dasar ex: pijatan pada area yang sakit.
Pantau TTV.
Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.

E.     Implementasi keperawatan
No.
Tgl/jam
Diagnosa
Implementasi
1.       

Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan inflamasi dermal dan epidermal
Mengobservasi kulit setiap hari catat turgor sirkulasi dan sensori serta perubahan lainnya yang terjadi.

Menginspeksi kulit pasien setiap pergantian tugas jaga,dokumentasi kondisi kulit dan laporkan setiap perubahan keadaan.

Melakukan perawatan luka pada kulit agar infeksi tidak meluas dan untuk mempercepat proses penyembuhan.

Mengubah posisi pasien minimal 2 jam dan ikuti jadwal pengubahan posisi yang dipasang disamping tempat tidur Pantau pengubahan posisi.

Mengkolaborasi dengan tim medis.
2.       

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan
Mengkaji kebiasaan makanan yang disukai/tidak disukai.
Memberikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering.
Menghidangkan makanan dalam keadaan hangat.
Mengkolaborasi dengan ahli gizi.
3.       

Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada kulit
Mengkaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi dan intensitasnya.
Memberikan tindakan kenyamanan dasar ex: pijatan pada area yang sakit.
Memantau TTV.
Mengkolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.

F.     Evaluasi
No.
Tgl/jam
SOAP
1.       

S: pasien mengatakan tidak merasa nyeri seperti terbakar.
O: Menunjukkan kulit dan jaringan kulit yang utuh.
A: masalah keperawatan teratasi.
P: hentikan intervensi.
2.       

S: pasien mengatakan sudah tidak mengalami kesusahan menelan.
O: berat badan pasien dalam rentang normal.
A: masalah keperawatan teratasi.
P: hentikan intervensi.
3.       

S: pasien tidak merasa nyeri lagi
O: pasien terlihat rileks
A: masalah keperawatan teratasi.
P: hentikan intervensi.