ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS
A.
Definisi
Meningitis adalah Peradangan pada susunan
saraf, Radang umum pada araknoid dan piameter, disebabkan oleh bakteri, virus,
riketsia atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan kronis. (Arief
Mansjoer : 2000)
Meningitis adalah peradangan yang hebat
pada selapus otak.Peradangan itu mungkin terjadi sesudah serangan otitis
media,radang mastoid,abses otak ,malahan radang tonsil. Sesuatu retak pada
tengkorak atau suatu luka kepala yang menembus mungkin mengakibatkan radang
selaput otak. (Clifford R Anderson : 1975)
Meningitis adalah Infeksi akut pada
selaput meningen (selaput yang menutupi otak dan medula spinalis). Infeksi ini
dapat disebabkan oleh :
·
Bakteri, seperti pneumococcus, meningecoccus, stapilococcus,
streptococcus, salmonella, dll.
·
Virus, seperti Hemofilus influenza dan herpes simplex. (Depkes
: 1995)
Meningitis / Radang selaput otak
adalah Infeksi pada cairan serebrospinal (CSS) disertai radang pada pia dan
araknoid; ruang subaraknoid, jaringan superficial otak dan medulla spinalis,
kuman-kuman dapat masuk ke setiap bagian ruang subaraknoid dan dengan cepat
sekali menyebar ke bagian yang lain, sehingga leptomening medulla spinalis
terkena. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa meningitis selalu merupakan
suatu proses serebrospinal. (Harsono : 1996)
B.
Etiologi
Meningitis disebabkan oleh
berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien dengan meningitis mempunyai
faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak
atau sum-sum tulang belakang. Seperti disebutkan diatas bahwa meningitis itu
disebabkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis dibagi menjadi dua bagian
besar yaitu : meningitis purulenta dan meningitis serosa.macam-macam penyebab
meningitis:
Meningitis Bakterial Adalah reaksi peradangan yang mengenai salah satu atau semua selaput meningen
disekeliling otak dan medula spinalis. Bakteri yang paling sering menyebabkan
meningitis adalah Eschericia Coli, Streptococcus group B, L. monocytogenesis,
Haemofilus influenza, Stapilokokus pneumoniae ,Nersseria meningitidis,
Stapilokokus Aureus, Stapilokokus Epidermidis, Gram negative bacilli, Klebsiela
dan Pseudomonas. Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan
berespon dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan
limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit
terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam cairan otak
sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan
pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial.
Meningitis Tuberkulosa Adalah reaksi keradangan yang mengenai salah satu atau semua selaput
meningen disekeliling otak dan medula spinalis yang disebabkan oleh karena
kuman tuberkulosa.
Meningitis virus Tipe dari meningitis ini sering
disebut aseptik meningitis. Ini biasanya disebabkan oleh berbagai jenis
penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti; gondok, herpez simplek dan herpez
zoster. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi
pada meningitis virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak.
Peradangan terjadi pada seluruh koteks cerebri dan lapisan otak. Mekanisme atau
respon dari jaringan otak terhadap virus bervariasi tergantung pada jenis sel
yang terlibat.
C.
Tanda
dan Gejala
Pada orang dewasa, gejala meningitis yang
paling sering adalah sakit kepala hebat, yang terjadi pada hampir 90% kasus meningitis
bakterial, diikuti oleh kaku kuduk (ketidakmampuan untuk menggerakkan leher ke
depan karena terjadi peningkatan tonus
otot leher dan kekakuan). Triad klasik dari
tanda-tanda meningitis adalah kaku kuduk, demam tinggi tiba-tiba, dan perubahan status mental; namun, ketiga
ciri-ciri ini hanya muncul pada 44–46% kasus meningitis bakteri. Jika tidak
terdapat satu pun dari ketiga gejala tersebut, dapat dikatakan bukan
meningitis. Ciri lain yang dihubungkan dengan meningitis termasuk fotofobia (intoleransi terhadap cahaya terang) dan fonofobia(intoleransi terhadap suara keras). Pada anak kecil,
gejala yang telah disebutkan di atas seringkali tidak tampak, dan dapat hanya
berupa rewel dan kelihatan tidak sehat. Ubun-ubun (bagian lembut di
bagian atas kepala bayi) dapat menonjol pada bayi berusia hingga 6 bulan.
Ciri lain yang membedakan meningitis dari penyakit lain yang tidak berbahaya
pada anak adalah nyeri kaki, kaki-tangan yang dingin, dan warna
kulit abnormal.
Kaku kuduk terjadi pada 70% pasien meningitis
bakteri pada dewasa. Tanda lain dari meningismus adalah "Kernig's sign" atau "Brudziński sign" yang positif. Untuk pemeriksaan "Kernig's
sign" pasien dibaringkan telentang, dengan panggul dan lutut difleksikan membuat sudut
90 derajat. Pada pasien dengan "Kernig’s sign” yang positif, rasa
nyeri akan membatasi ekstensi lutut secara pasif. Tanda "Brudzinski"
positif apabila fleksi pada leher menyebabkan fleksi pada lutut dan panggul
secara involunter. Meskipun "Kernig's sign" dan "Brudzinski’s
sign" sering digunakan untuk menegakkan diagnosis meningitis, sensitivitas kedua
pemeriksaan ini terbatas. Walaupun demikian, kedua pemeriksaan ini
mempunyai spesifisitas yang
baik untuk meningitis: tanda ini jarang ada pada penyakit lain. Pemeriksaan
lain, yang dikenal sebagai "jolt accentuation maneuver" membantu
menentukan apakah terdapat meningitis pada pasien yang mengeluh demam dan sakit
kepala. Orang tersebut diminta untuk memutar kepalanya ke arah horizontal
dengan cepat; jika sakit kepala tidak bertambah buruk, artinya bukan
meningitis.
Meningitis yang disebabkan oleh bakteri Neisseria
meningitidis (dikenal sebagai "meningitis
meningokokus") dapat dibedakan dengan jenis meningitis lain apabila ruam ruam petechial menyebar dengan cepat, yang dapat timbul sebelum timbul
gejala lain.[7] Ruam
ini berupa bintik kecil dan banyak, tidak beraturan berwarna merah atau ungu
("petechiae") di badan , anggota
badan bagian bawah, membran mukosa, konjungtiva, dan
(kadang-kadang) telapak tangan dan telapak kaki. Ruam biasanya tidak memucat;
warna merahnya tidak memudar saat ditekan dengan jari atau batang gelas.
Walaupun ruam tidak selalu timbul pada meningitis meningokokus, ruam ini cukup
spesifik untuk meningitis meningokokus; namun ruam kadang-kadang juga dapat timbul
pada meningitis yang disebabkan oleh bakteri lain. Ciri lain yang dapat
membantu menentukan penyebab meningitis adalah tanda pada kulit yang disebabkan
oleh penyakit
tangan, kaki dan mulut dan herpes
genitalis, yang keduanya berhubungan dengan beberapa bentuk
meningitis virus.
D.
Patofisiologi
Infeksi langsung
dengan adanya penetrasi trauma seperti fraktur tengkorak dan luka tembak. Fraktur tengkorak dengan kerusakan SSP merupakan
penyebab utamma meningitis. Infeksi yang dekat
dengan meningen berpotensial menimbulkan meningitis seperti sinusitis ,
mastoiditis , otitis media (infeksi telinga tengah) , dan osteomeolitis, pada tulang tengkorak. Infeksi menyebar secara limfogen (melalui kelenjar
limfa kemedula spinalis atau retroperitonial. Cacat bawaan khususnya mielominingokel (meningomyecole). memungkinkan terjadinya infeksi.
E.
Manifestasi
Klinis
Menifestasi klinis yang timbul
pada meningitis bakterial berupa sakit kepala
,lemah,mengigil,demam,mual,muntah,nyeri punggung,kaku kuduk,kejang,peka pada
awal serangan,dan kesadaran menurun menjadi koma.
Gejala ini ngitisakut
berupa bingung,stupor,semi koma,peningkatan suhu tubuh sedang,frekuensi nadi
dan denyut jantung meningkat. TD biasanya normal,klien
biasanya menunjukkan gejala iritasi meningeal seperti kaku pada leher,tanda
brudziknsi posotif ,dan tanda kerning positif.secara spesifik Dibagi dalam 3
stadium:
1. Keluhan non spesifik
Pada awal penyakit: Kelemahan umum, Apatis, Anoreksia,
Nausea, Demam (subfebril), Nyeri kepala yang kumat-kumatan, Nyeri pada
otot-otot. Bingun yang kumat-kumatan, perubahan daya mengingat, perubahan
tingkah laku dan kaku kuduk biasanya terjadi 1 – 3 minggu sesudah keluhan.
2. Stadium rangsang meningeal
Sesuai dengan cepatnya perjalanan penyakit klien
terjadi Nyeri kepala bertambah, Vomiting, Irritabel, Kebingungan bertambah,
kelumpuhan syaraf otak, Hidrosefalus, Penurunan kesadaran (stupor), Adanya
disfungsi pada saraf III, IV, dan VI, Papil edema yang ringan. Reaksi pupil
terhadap cahaya. Photofobia apabila cahaya diarahkan pada mata klien, Terjadi
vaskulitis dan gangguan fokal, Pergerakan motorik pada masa awal penyakit
biasanya normal dan pada tahap lanjutan bisa terjadi hemiparese, hemiplegia,
dan penurunan tonus otot serta kemungkinan Kejang yang bisa disebabkan oleh
iritasi dari korteks cerebri atau hiponatremia. Refleks Brudzinski dan refleks
Kernig (+) pada bakterial meningitis dan tidak terdapat pada virus meningitis takikardia.
3. Stadium lanjut
Kebingungan bertambah, delirium berfluktuasi dan gejala fokal makin
menghebat dan nyata.
F.
Penatalaksanaan
Medis
Infeksi Intrakranial → Lapisan
yang menutupi otak dan medulla spinalis (Meningitis). Sumber penyebab dapat
berupa bakteri, virus atau jamur (fungi) dan hasilnya / penyembuhannya dapat
komplet (sembuh total) sampai pada menimbulkan penurunan neurologis dan juga
sampai terjadi kematian.
1. Pemberian
Antibiotik
Pemberian antibiotic harus tepat dan cepat sesuai
dengan bakteri penyebabnya dan dalam dosis yang cukup tinggi. Sambil menunggu
hasil biakan sebaiknya diberikan antibiotic dengan spectrum luas. Antibiotic
diberikan selama 10 – 14 hari atau sekurang-kurangnya 7 hari setelah demam
bebas. Pemberian antibiotic sebaiknya secara parental.
Kadang – kadang pada pemberian antibiotic selama 4
hari, tiba-tiba suhu meningkat lagi. Keadaan demikian ini dapat disebabkan oleh
flebitis di tempat pemberian cairan parental atau intravena. Sementara itu,
suhu yang tetap tinggi dapat disebabkan oleh pemberian antibiotic yang tidak
tepat atau dosis yang tidak cukup atau telah terjadi efusi subdural,empiema,
atau abses otak.
Penisilin G diberikan untuk mengatasi infeksi
pneumokok, streptokok dan meningokok dengan dosis 1-2 juta unit setiap 2 jam.
Terhadap infeksi hemofilus sebaiknya diberikan kloramfenikol 4 x 1 gram/24 jam
atau ampisilin 4 x 3 gram setiap 24 jam intravena. Untuk meningkok dipakai
sulfadiazine sampai 12 x 500 mg dalam 24 jam selama kurang lebih 10 hari.
Gentamisin dipergunakan untuk memberantas Escheria coli, klebsiela, proteus,
dan kuman-kuman gram negatif.
2. Menejemen Terapi
·
Isolasi
·
Terapi anti mikroba sesuai hasil kultur.
·
Mempertahankan dehidrasi,monitor balance cairan (hubungan dengan edema
serebral)
·
Mencegah dan mengobati komplikasi
·
Mengontrol kejang
·
Mempertahankan ventrilasi
·
Mengurangi meningkatnya tekanan intra cranial
·
Penatalaksanaan syok septic
·
Mengontrol perubahan suhu lingkungan. (Harsono : 1996)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MENINGITIS
A. Pengkajian
1.
Biodata
Nama :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
Status :
2.
Riwayat
Kesehatan
a)
Keluhan Utama
Pasien
mengeluh nyeri kepala berat.
b)
Riwayat
kesehatan Sekarang
pasien
datang dengan keluhan nyeri kepala berat, sesak nafas, lemas, keringat
bercucuran, demam, kulit kemerahan, susah tidur dan cemas. Setelah dikaji oleh
perawat, diketahui TD: 140/80 mmHg, RR: 30 x/mnt, S: 390C, N: 80
x/mnt. Kemudian dikaji nyerinya P: nyeri saat bergerak, Q: senut-senut, R:
kepala, S: 9, T: 30 menit.
c)
Riwayat
kesehatan dahulu
Pasien
sering mengalami pusing sejak beberapa bulan yang lalu.
d)
Riwayat
kesehatan keluarga
Keluarga
pasien tidak ada yang menderita penyakit menular.
3.
Pemeriksaan
fisik
a)
Testing Cerebral Function
·
Status mental
Pemeriksaan orientasi:
Tanya klien tentang :
Ø Nama Negara kita
Ø Nama Ibukota Negara kita
Ø Tempat tinggal
Ø Tempat lahir
Ø Alamat sekolah
Tanya klien tentang :
Ø Hari apa
Ø Tanggal berapa
Ø Jam berapa
Ø Bulan berapa
Ø Tahun berapa
b)
Pemeriksaan daya ingat
Klien diperlihatkan sendok, garpu dan bolpoint
selama kurang lebih 1 detik. Minta klien untuk menyebutkan nama benda.
c)
Perhatian dan perhitungan
Tanya klien tentang perhitungan :
100-7:
93-7 :
86-7 :
79-7 :
72-7:
d)
Fungsi bahasa
Ø Perlihatkan orang coba penghapus dan penggaris, Tanya nama benda tersebut.
Ø Minta orang coba untuk mengatakan “jika tidak “ atau “andai tetapi”.
Ø Minta orang coba untuk mengambil penggaris dari baki, diketukkan 3 kali di
baki, serahkan ke temannya.
Ø Perlihatkan kertas perintah pada orang coba.
·
Tingkat kesadaran
1. Alert
Ø Klien dapat merespon dengan tepat terhadap stimulus audio, tactil, visual.
Ø Orientasi (orang, tempat,waktu) baik.
2. Lethargi
Ø Sering tidur/ngantuk
Ø Klien dapat bangun dengan mudah bila dirangsang denghan suara
Ø Respon tepat
3. Obtuned
Ø Klien akan bangun diranhsang suara lebih keras atau menepuk dadanya
Ø Klien akan tidur lagi setelah bangun
Ø Respon tepat
4. Stuport
Ø Ada respon terhadap nyeri
Ø Klien tidak sadar penuh selama stimulus
Ø Withdrawl reflex
5. Comatase
Ø Tidak ada respond an refleks terhadap stimulus
Ø Flaccid muscle tone pada tangan dan kaki.
Cara
mengkaji kesadaran dengan menggunakan GCS
1. Respon Buka Mata, lakukanlah dengan cara memeriksa respon buka mata dengan
urutan :
♠
Dekati klien → buka mata
♠ Bila tidak buka mata, beri rangsangan suara/taltil
♠ Bila tetap tidak buka mata beri cubitan
♠ Bila dengan nyeri klien tidak buka mata.
2. Respon Motorik, lakukan dengan cara memerintah orang coba untuk
mengangkat tangan dengan urutan :
Ø Bila langsung mengangkat tangan sesuai perintah
Ø Bila tidak mengerti perintah, cubit salah satu bagian tangan, tangan
tersebut menghindar → mengenali nyeri local
Ø Bila dengan cubitan seluruh tangan menghindar → hanya mengenali nyeri
Ø Bila tetap tidak berespon cubit bagian dada → dekortikasai
Ø Dengan cubitan decerebbrasi
Ø Dengan nyeri tidak berespon.
3. Respon Bicara, Tanya orang coba melalui tahapan :
♠ Beri pertanyaan komprehensif
♠ Dengan pertanyaan sederhana orang coba bingung
♠ Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang tidak sesuai
♠ Hanya mengeluarkan suara erangan, hem,dll
♠ Tidak berespon suara.
·
Pengkajian
bicara
1. Pengkajian bicara – Proses Resiptive
Kaji cara
pengucapan, kemampuan baca. Beri pertanyaan yang sederhana yang memerlukan
jawaban lebih dari satu kata. Kemudian minta klien untuk membaca.
2. Pengkajian bicara – Proses Expressive
Kemudian untuk
mengekspresikan sesuatu, perhatikan apakah bicara klien lancar,spontan,jelas.
Sesuaikan dengan usia dan pendidikan klien. (Suradi
Efendi : 2005)
4.
Pemeriksaan
penunjang
1. Analisa CSS dari fungsi lumbal :
Meningitis bakterial : Tekanan
meningkat, cairan keruh / berkabut, jumlah sel darah putih dan protein
meningkat; glukosa menurun, kultur positif terhadap beberapa jenis bakteri.
Meningitis virus : tekanan
bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan
protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya hanya
dengan prosedur khusus.
2. Glukosa serum : Meningkat (meningitis).
3. LDH serum : Meningkat (pada meningitis
bakteri).
4. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi bakteri).
5. Elektrolit darah : Abnormal.
6. ESR / LED : Meningkat (pada meningitis).
7. Kultur darah / hidung / tenggorok / urine : Dapat
mengindikasikan daerah “pusat” infeksi atau
mengindikasikan tipe penyebab infeksi.
8. MRI / CT-Scan : Dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran / letak
ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor.
9. EEG : Mungkin terlihat gelombang
lambat secara fokal atau umum (ensefalitis) atau
voltasenya meningkat (abses).
10. Ronsen dada, kepala dan sinus : Mungkin ada indikasi infeksi atau sumber infeksi kranial.
11. Arteriografi karotis : Letak abses lobus temporal, abses serebral posterior.
B. Analisa data
No.
|
Tgl/jam
|
Data fokus
|
Etiologi
|
Masalah
|
1.
|
|
Ds:
-
Pasien mengatakan nyeri hebat
-
Pasien mengatakan kepala terasa berat dan kaku
Do:
-
P: nyeri saat bergerak
-
Q: senut-senut
-
R: kepala
-
S: 9
-
T: 30 menit
-
Pasien terlihat memegangi kepalanya
-
Pasien terus merengek kesakitan
|
Agen cidera biologis
|
Nyeri akut
|
2.
|
|
Ds:
-
Pasien mengatakan sulit bernafas
-
Pasien mengatakan kesulitan berbicara
Do:
-
Dispneu
-
Terdengar wheezing
-
RR: 30x/mnt
-
Pasien terlihat gelisah
|
disfungsi neuromoskular
|
Bersihan jalan nafas tidak efektif
|
3.
|
|
Ds:
-
Pasien mengatakan badanya terasa panas
-
Pasien mengatakan lemas dan pusing
Do:
-
Pasien tampak berkeringat
-
TD: 140/70 mmHg
-
S: 390C
-
Kulit pasien tampak kemerahan
|
Proses penyakit
|
Hipertermia
|
4.
|
|
Ds:
-
Pasien mengatakan cemas bila penyakitnya tidak
bisa disembuhkan
-
Pasien mengatakan susah tidur
-
Pasien mengatakan takut
Do:
-
Pasien tampak gemetaran
-
Pasien terlihat fokus pada diri sendiri
|
Perubahan status kesehatan
|
Cemas
|
C. Diagnosa keperawatan
1.
Nyeri
akut b.d agen cidera biologis
2.
Bersihan
jalan nafas tidak efektif b.d disfungsi neuromoskular
3.
Hipertermia
b.d proses penyakit
4.
Cemas
b.d perubahan status kesehatan
D. Intervensi keperawatan
No. Dx
|
Diagnosa
|
Tujuan
|
Intervensi
|
1.
|
Nyeri
akut b.d agen cidera biologis
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 5x24 jam diharapkan pasien:
-
Mengontrol nyeri (tau penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
-
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
menggunakan menejemen nyeri
-
Mampu mengenal nyeri (skala, intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
-
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
-
TTV dalam rentang normal
|
-
Kaji nyeri
-
Posisikan pasie senyaman mungkin, misal: semi
fowler
-
Gunakan komunikasi teraupetik agar pasien dapat
mengekspresikan nyeri
-
Ajarkan teknik nafas dalam atau distraksi
relaksasi
-
Berikan analgetik sesuai anjuran
-
Monitot TTV
|
2.
|
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d
disfungsi neuromoskular
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
5x24 jam diharapakan pasien:
-
Pasie tidak sesak nafas lagi
-
Pasien dapat bernafas dengan normal
-
Pasien mampu mengidentifikasikan dan mencegah
faktor yang dapat menghambat jalan nafas
|
-
Lakukan oksigenasi
-
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
-
Monitor respirasi dan status O2
|
3.
|
Hipertermia b.d proses penyakit
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
5x24 jam diharapakan pasien:
-
Suhu tubuh pasien dalam rentang normal
-
Nadi dan RR normal
-
Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak pusing
|
-
Berikan obat penurun panas
-
Kompres dengan air biasa
-
Monitor TTV
|
4.
|
Cemas b.d perubahan status kesehatan
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
5x24 jam diharapakan pasien:
-
Pasien tidak merasa cemas lagi
-
Pasien merasa nyaman
|
-
Gunakan pendekatan yang menenangkan
-
Ajak pasien untuk berdiskusi tentang penyebab
cemasnya
-
Berikan motivasi agar pasien tidak merasa cemas
|
E. Implementasi keperawatan
Tgl/jam
|
No. Dx
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
|
1.
|
-
Mengkaji nyeri
-
Memposisikan pasie senyaman
mungkin, misal: semi fowler
-
Menggunakan komunikasi teraupetik agar pasien
dapat mengekspresikan nyeri
-
Mengajarkan teknik nafas dalam
atau distraksi relaksasi
-
Memberikan analgetik sesuai
anjuran
-
Memonitot TTV
|
|
|
2.
|
-
Melakukan oksigenasi
-
Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
-
Memonitor respirasi dan status O2
|
|
|
3.
|
-
Memberikan obat penurun panas
-
Mengompres dengan air biasa
-
Memonitor TTV
|
|
|
4.
|
-
Menggunakan pendekatan yang menenangkan
-
Mengajak pasien untuk berdiskusi tentang penyebab
cemasnya
-
Memberikan motivasi agar pasien tidak merasa cemas
|
|
F. Evaluasi
Tgl/jam
|
No. Dx
|
SOAP
|
|
1.
|
S: Pasien mengatakan nyeri berkurang
O: TTV dala rentang normal
A: Masalah keperawatan teratasi
P: hentikan intervensi
|
|
2.
|
S: Pasien mengatakan sudah tidak sesak
lagi
O: Pasien tampak bernafas normal dan
tidak terdengar wheezing
A: Masalah keperawatan teratasi
P: Hentikan intervensi
|
|
3.
|
S: Pasien mengatakan sudah tidak
merasa panas lagi tubuhnya
O: suhu badan pasien normal
A: Masalah keperawatan teratasi
P: hentikan intervensi
|
|
4.
|
S: pasien mengatakan sudah tidak cemas
lagi
O: pasien terlihat gembira
A: masalah keperawatan teratasi
P: hentikan intervensi
|