Jumat, 25 Oktober 2013

ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS

ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS



A.    Definisi
Meningitis adalah Peradangan pada susunan saraf, Radang umum pada araknoid dan piameter, disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan kronis. (Arief Mansjoer : 2000)
Meningitis adalah peradangan yang hebat pada selapus otak.Peradangan itu mungkin terjadi sesudah serangan otitis media,radang mastoid,abses otak ,malahan radang tonsil. Sesuatu retak pada tengkorak atau suatu luka kepala yang menembus mungkin mengakibatkan radang selaput otak. (Clifford R Anderson : 1975)
Meningitis adalah Infeksi akut pada selaput meningen (selaput yang menutupi otak dan medula spinalis). Infeksi ini dapat disebabkan oleh :
·         Bakteri, seperti pneumococcus, meningecoccus, stapilococcus, streptococcus, salmonella, dll.
·         Virus, seperti Hemofilus influenza dan herpes simplex. (Depkes : 1995)
Meningitis / Radang selaput otak adalah Infeksi pada cairan serebrospinal (CSS) disertai radang pada pia dan araknoid; ruang subaraknoid, jaringan superficial otak dan medulla spinalis, kuman-kuman dapat masuk ke setiap bagian ruang subaraknoid dan dengan cepat sekali menyebar ke bagian yang lain, sehingga leptomening medulla spinalis terkena. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa meningitis selalu merupakan suatu proses serebrospinal. (Harsono : 1996)

B.     Etiologi
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang. Seperti disebutkan diatas bahwa meningitis itu disebabkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis dibagi menjadi dua bagian besar yaitu : meningitis purulenta dan meningitis serosa.macam-macam penyebab meningitis:
Meningitis Bakterial Adalah reaksi peradangan yang mengenai salah satu atau semua selaput meningen disekeliling otak dan medula spinalis. Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis adalah Eschericia Coli, Streptococcus group B, L. monocytogenesis, Haemofilus influenza, Stapilokokus pneumoniae ,Nersseria meningitidis, Stapilokokus Aureus, Stapilokokus Epidermidis, Gram negative bacilli, Klebsiela dan Pseudomonas. Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial.
Meningitis Tuberkulosa   Adalah reaksi keradangan yang mengenai salah satu atau semua selaput meningen disekeliling otak dan medula spinalis yang disebabkan oleh karena kuman tuberkulosa.
Meningitis virus  Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis. Ini biasanya disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti; gondok, herpez simplek dan herpez zoster. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh koteks cerebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respon dari jaringan otak terhadap virus bervariasi tergantung pada jenis sel yang terlibat.

C.    Tanda dan Gejala
Pada orang dewasa, gejala meningitis yang paling sering adalah sakit kepala hebat, yang terjadi pada hampir 90% kasus meningitis bakterial, diikuti oleh kaku kuduk (ketidakmampuan untuk menggerakkan leher ke depan karena terjadi peningkatan tonus otot leher dan kekakuan). Triad klasik dari tanda-tanda meningitis adalah kaku kuduk, demam tinggi tiba-tiba, dan perubahan status mental; namun, ketiga ciri-ciri ini hanya muncul pada 44–46% kasus meningitis bakteri. Jika tidak terdapat satu pun dari ketiga gejala tersebut, dapat dikatakan bukan meningitis. Ciri lain yang dihubungkan dengan meningitis termasuk fotofobia (intoleransi terhadap cahaya terang) dan fonofobia(intoleransi terhadap suara keras). Pada anak kecil, gejala yang telah disebutkan di atas seringkali tidak tampak, dan dapat hanya berupa rewel dan kelihatan tidak sehat. Ubun-ubun (bagian lembut di bagian atas kepala bayi) dapat menonjol pada bayi berusia hingga 6 bulan. Ciri lain yang membedakan meningitis dari penyakit lain yang tidak berbahaya pada anak adalah nyeri kaki, kaki-tangan yang dingin, dan warna kulit abnormal.
Kaku kuduk terjadi pada 70% pasien meningitis bakteri pada dewasa. Tanda lain dari meningismus adalah "Kernig's sign" atau "Brudziński sign" yang positif. Untuk pemeriksaan "Kernig's sign" pasien dibaringkan telentang, dengan panggul dan lutut difleksikan membuat sudut 90 derajat. Pada pasien dengan "Kernig’s sign” yang positif, rasa nyeri akan membatasi ekstensi lutut secara pasif. Tanda "Brudzinski" positif apabila fleksi pada leher menyebabkan fleksi pada lutut dan panggul secara involunter. Meskipun "Kernig's sign" dan "Brudzinski’s sign" sering digunakan untuk menegakkan diagnosis meningitis, sensitivitas kedua pemeriksaan ini terbatas. Walaupun demikian, kedua pemeriksaan ini mempunyai spesifisitas yang baik untuk meningitis: tanda ini jarang ada pada penyakit lain. Pemeriksaan lain, yang dikenal sebagai "jolt accentuation maneuver" membantu menentukan apakah terdapat meningitis pada pasien yang mengeluh demam dan sakit kepala. Orang tersebut diminta untuk memutar kepalanya ke arah horizontal dengan cepat; jika sakit kepala tidak bertambah buruk, artinya bukan meningitis.
Meningitis yang disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitidis (dikenal sebagai "meningitis meningokokus") dapat dibedakan dengan jenis meningitis lain apabila ruam ruam petechial menyebar dengan cepat, yang dapat timbul sebelum timbul gejala lain.[7] Ruam ini berupa bintik kecil dan banyak, tidak beraturan berwarna merah atau ungu ("petechiae") di badan , anggota badan bagian bawah, membran mukosa, konjungtiva, dan (kadang-kadang) telapak tangan dan telapak kaki. Ruam biasanya tidak memucat; warna merahnya tidak memudar saat ditekan dengan jari atau batang gelas. Walaupun ruam tidak selalu timbul pada meningitis meningokokus, ruam ini cukup spesifik untuk meningitis meningokokus; namun ruam kadang-kadang juga dapat timbul pada meningitis yang disebabkan oleh bakteri lain. Ciri lain yang dapat membantu menentukan penyebab meningitis adalah tanda pada kulit yang disebabkan oleh penyakit tangan, kaki dan mulut dan herpes genitalis, yang keduanya berhubungan dengan beberapa bentuk meningitis virus.

D.    Patofisiologi
Infeksi langsung dengan adanya penetrasi trauma seperti fraktur tengkorak dan luka tembak. Fraktur tengkorak dengan kerusakan SSP merupakan penyebab utamma meningitis. Infeksi yang dekat dengan meningen berpotensial menimbulkan meningitis seperti sinusitis , mastoiditis , otitis media (infeksi telinga tengah) , dan osteomeolitis, pada tulang tengkorak. Infeksi menyebar secara limfogen (melalui kelenjar limfa kemedula spinalis atau retroperitonial. Cacat bawaan khususnya mielominingokel (meningomyecole). memungkinkan terjadinya infeksi.

E.     Manifestasi Klinis
Menifestasi klinis yang timbul pada meningitis bakterial berupa sakit kepala ,lemah,mengigil,demam,mual,muntah,nyeri punggung,kaku kuduk,kejang,peka pada awal serangan,dan kesadaran menurun menjadi koma.
Gejala  ini ngitisakut berupa bingung,stupor,semi koma,peningkatan suhu tubuh sedang,frekuensi nadi dan denyut jantung meningkat. TD biasanya normal,klien biasanya menunjukkan gejala iritasi meningeal seperti kaku pada leher,tanda brudziknsi posotif ,dan tanda kerning positif.secara spesifik Dibagi dalam 3 stadium:
1.      Keluhan non spesifik
Pada awal penyakit: Kelemahan umum, Apatis, Anoreksia, Nausea, Demam (subfebril), Nyeri kepala yang kumat-kumatan, Nyeri pada otot-otot. Bingun yang kumat-kumatan, perubahan daya mengingat, perubahan tingkah laku dan kaku kuduk biasanya terjadi 1 – 3 minggu sesudah keluhan.
2.      Stadium rangsang meningeal
Sesuai dengan cepatnya perjalanan penyakit klien terjadi Nyeri kepala bertambah, Vomiting, Irritabel, Kebingungan bertambah, kelumpuhan syaraf otak, Hidrosefalus, Penurunan kesadaran (stupor), Adanya disfungsi pada saraf III, IV, dan VI, Papil edema yang ringan. Reaksi pupil terhadap cahaya. Photofobia apabila cahaya diarahkan pada mata klien, Terjadi vaskulitis dan gangguan fokal, Pergerakan motorik pada masa awal penyakit biasanya normal dan pada tahap lanjutan bisa terjadi hemiparese, hemiplegia, dan penurunan tonus otot serta kemungkinan Kejang yang bisa disebabkan oleh iritasi dari korteks cerebri atau hiponatremia. Refleks Brudzinski dan refleks Kernig (+) pada bakterial meningitis dan tidak terdapat pada virus meningitis takikardia.
3.      Stadium lanjut
Kebingungan bertambah, delirium berfluktuasi dan gejala fokal makin menghebat dan nyata.

F.     Penatalaksanaan Medis
Infeksi Intrakranial → Lapisan yang menutupi otak dan medulla spinalis (Meningitis). Sumber penyebab dapat berupa bakteri, virus atau jamur (fungi) dan hasilnya / penyembuhannya dapat komplet (sembuh total) sampai pada menimbulkan penurunan neurologis dan juga sampai terjadi kematian.
1.      Pemberian Antibiotik
Pemberian antibiotic harus tepat dan cepat sesuai dengan bakteri penyebabnya dan dalam dosis yang cukup tinggi. Sambil menunggu hasil biakan sebaiknya diberikan antibiotic dengan spectrum luas. Antibiotic diberikan selama 10 – 14 hari atau sekurang-kurangnya 7 hari setelah demam bebas. Pemberian antibiotic sebaiknya secara parental.
Kadang – kadang pada pemberian antibiotic selama 4 hari, tiba-tiba suhu meningkat lagi. Keadaan demikian ini dapat disebabkan oleh flebitis di tempat pemberian cairan parental atau intravena. Sementara itu, suhu yang tetap tinggi dapat disebabkan oleh pemberian antibiotic yang tidak tepat atau dosis yang tidak cukup atau telah terjadi efusi subdural,empiema, atau abses otak.
Penisilin G diberikan untuk mengatasi infeksi pneumokok, streptokok dan meningokok dengan dosis 1-2 juta unit setiap 2 jam. Terhadap infeksi hemofilus sebaiknya diberikan kloramfenikol 4 x 1 gram/24 jam atau ampisilin 4 x 3 gram setiap 24 jam intravena. Untuk meningkok dipakai sulfadiazine sampai 12 x 500 mg dalam 24 jam selama kurang lebih 10 hari. Gentamisin dipergunakan untuk memberantas Escheria coli, klebsiela, proteus, dan kuman-kuman gram negatif.
2.      Menejemen Terapi
·         Isolasi
·         Terapi anti mikroba sesuai hasil kultur.
·         Mempertahankan dehidrasi,monitor balance cairan (hubungan dengan edema serebral)
·         Mencegah dan mengobati komplikasi
·         Mengontrol kejang
·         Mempertahankan ventrilasi
·         Mengurangi meningkatnya tekanan intra cranial
·         Penatalaksanaan syok septic
·         Mengontrol perubahan suhu lingkungan. (Harsono : 1996)
















ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MENINGITIS



A.    Pengkajian
1.      Biodata
Nama         :
Umur         :
Alamat      :
Pekerjaan   :
Status        :
2.      Riwayat Kesehatan
a)      Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri kepala berat.
b)     Riwayat kesehatan Sekarang
pasien datang dengan keluhan nyeri kepala berat, sesak nafas, lemas, keringat bercucuran, demam, kulit kemerahan, susah tidur dan cemas. Setelah dikaji oleh perawat, diketahui TD: 140/80 mmHg, RR: 30 x/mnt, S: 390C, N: 80 x/mnt. Kemudian dikaji nyerinya P: nyeri saat bergerak, Q: senut-senut, R: kepala, S: 9, T: 30 menit.
c)      Riwayat kesehatan dahulu
Pasien sering mengalami pusing sejak beberapa bulan yang lalu.
d)     Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit menular.
3.      Pemeriksaan fisik
a)      Testing Cerebral Function
·         Status mental
Pemeriksaan orientasi:
Tanya klien tentang :
Ø  Nama Negara kita
Ø  Nama Ibukota Negara kita
Ø  Tempat tinggal
Ø  Tempat lahir
Ø  Alamat sekolah
Tanya klien tentang :
Ø  Hari apa
Ø  Tanggal berapa
Ø  Jam berapa
Ø  Bulan berapa
Ø  Tahun berapa
b)     Pemeriksaan daya ingat
Klien diperlihatkan sendok, garpu dan bolpoint selama kurang lebih 1 detik. Minta klien untuk menyebutkan nama benda.
c)      Perhatian dan perhitungan
Tanya klien tentang perhitungan :
100-7:
93-7 :
86-7 :
79-7 :
72-7:
d)     Fungsi bahasa
Ø  Perlihatkan orang coba penghapus dan penggaris, Tanya nama benda tersebut.
Ø  Minta orang coba untuk mengatakan “jika tidak “ atau “andai tetapi”.
Ø  Minta orang coba untuk mengambil penggaris dari baki, diketukkan 3 kali di baki, serahkan ke temannya.
Ø  Perlihatkan kertas perintah pada orang coba.
·         Tingkat kesadaran
1.      Alert
Ø  Klien dapat merespon dengan tepat terhadap stimulus audio, tactil, visual.
Ø  Orientasi (orang, tempat,waktu) baik.
2.      Lethargi
Ø  Sering tidur/ngantuk
Ø  Klien dapat bangun dengan mudah bila dirangsang denghan suara
Ø  Respon tepat
3.      Obtuned
Ø  Klien akan bangun diranhsang suara lebih keras atau menepuk dadanya
Ø  Klien akan tidur lagi setelah bangun
Ø  Respon tepat
4.      Stuport
Ø  Ada respon terhadap nyeri
Ø  Klien tidak sadar penuh selama stimulus
Ø  Withdrawl reflex
5.      Comatase
Ø  Tidak ada respond an refleks terhadap stimulus
Ø  Flaccid muscle tone pada tangan dan kaki.
Cara mengkaji kesadaran dengan menggunakan GCS
1.      Respon Buka Mata, lakukanlah dengan cara memeriksa respon buka mata dengan urutan :
     ♠  Dekati klien → buka mata  
     ♠  Bila tidak buka mata, beri rangsangan suara/taltil
     ♠  Bila tetap tidak buka mata beri cubitan
     ♠  Bila dengan nyeri klien tidak buka mata.
2.      Respon Motorik, lakukan dengan cara memerintah orang coba untuk mengangkat   tangan dengan urutan :
Ø  Bila langsung mengangkat tangan sesuai perintah
Ø  Bila tidak mengerti perintah, cubit salah satu bagian tangan, tangan tersebut   menghindar → mengenali nyeri local
Ø  Bila dengan cubitan seluruh tangan menghindar → hanya mengenali nyeri
Ø  Bila tetap tidak berespon cubit bagian dada → dekortikasai
Ø  Dengan cubitan decerebbrasi
Ø  Dengan nyeri tidak berespon.
3.      Respon Bicara, Tanya orang coba melalui tahapan :
     ♠  Beri pertanyaan komprehensif
     ♠  Dengan pertanyaan sederhana orang coba bingung
     ♠  Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang tidak sesuai
     ♠  Hanya mengeluarkan suara erangan, hem,dll
     ♠  Tidak berespon suara.
·         Pengkajian bicara
1.      Pengkajian bicara – Proses Resiptive
Kaji cara pengucapan, kemampuan baca. Beri pertanyaan yang sederhana yang memerlukan jawaban lebih dari satu kata. Kemudian minta klien untuk membaca.
2.      Pengkajian bicara – Proses Expressive
Kemudian untuk mengekspresikan sesuatu, perhatikan apakah bicara klien lancar,spontan,jelas. Sesuaikan dengan usia dan pendidikan klien. (Suradi Efendi : 2005)
4.      Pemeriksaan penunjang
1.      Analisa CSS dari fungsi lumbal :
Meningitis bakterial : Tekanan meningkat, cairan keruh / berkabut, jumlah sel darah putih dan protein meningkat; glukosa menurun, kultur positif terhadap beberapa jenis bakteri.
Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya hanya dengan prosedur khusus.
2.      Glukosa serum : Meningkat (meningitis).
3.      LDH serum : Meningkat (pada meningitis bakteri).
4.      Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi bakteri).
5.      Elektrolit darah : Abnormal.
6.      ESR / LED : Meningkat (pada meningitis).
7.      Kultur darah / hidung / tenggorok / urine : Dapat mengindikasikan daerah “pusat” infeksi     atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi.
8.      MRI / CT-Scan : Dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran / letak ventrikel;    hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor.
9.      EEG : Mungkin terlihat gelombang lambat secara fokal atau umum (ensefalitis) atau     voltasenya meningkat (abses).
10.  Ronsen dada, kepala dan sinus : Mungkin ada indikasi infeksi atau sumber infeksi kranial.
11.  Arteriografi karotis : Letak abses lobus temporal, abses serebral posterior.
B.     Analisa data
No.
Tgl/jam
Data fokus
Etiologi
Masalah
1.       

Ds:
-          Pasien mengatakan nyeri hebat
-          Pasien mengatakan kepala terasa berat dan kaku
Do:
-          P: nyeri saat bergerak
-          Q: senut-senut
-          R: kepala
-          S: 9
-          T: 30 menit
-          Pasien terlihat memegangi kepalanya
-          Pasien terus merengek kesakitan
Agen cidera biologis
Nyeri akut
2.       

Ds:
-          Pasien mengatakan sulit bernafas
-          Pasien mengatakan kesulitan berbicara
Do:
-          Dispneu
-          Terdengar wheezing
-          RR: 30x/mnt
-          Pasien terlihat gelisah
disfungsi neuromoskular
Bersihan jalan nafas tidak efektif
3.       

Ds:
-          Pasien mengatakan badanya terasa panas
-          Pasien mengatakan lemas dan pusing
Do:
-          Pasien tampak berkeringat
-          TD: 140/70 mmHg
-          S: 390C
-          Kulit pasien tampak kemerahan
Proses penyakit
Hipertermia
4.       

Ds:
-          Pasien mengatakan cemas bila penyakitnya tidak bisa disembuhkan
-          Pasien mengatakan susah tidur
-          Pasien mengatakan takut
Do:
-          Pasien tampak gemetaran
-          Pasien terlihat fokus pada diri sendiri
Perubahan status kesehatan
Cemas

C.    Diagnosa keperawatan
1.      Nyeri akut b.d agen cidera biologis
2.      Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d disfungsi neuromoskular
3.      Hipertermia b.d proses penyakit
4.      Cemas b.d perubahan status kesehatan
D.    Intervensi keperawatan
No. Dx
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
1.       
Nyeri akut b.d agen cidera biologis

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam diharapkan pasien:
-          Mengontrol nyeri (tau penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
-          Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan menejemen nyeri
-          Mampu mengenal nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
-          Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
-          TTV dalam rentang normal
-          Kaji nyeri
-          Posisikan pasie senyaman mungkin, misal: semi fowler
-          Gunakan komunikasi teraupetik agar pasien dapat mengekspresikan nyeri
-          Ajarkan teknik nafas dalam atau distraksi relaksasi
-          Berikan analgetik sesuai anjuran
-          Monitot TTV
2.       
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d disfungsi neuromoskular
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 5x24 jam diharapakan pasien:
-          Pasie tidak sesak nafas lagi
-          Pasien dapat bernafas dengan normal
-          Pasien mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan nafas
-          Lakukan oksigenasi
-          Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
-          Monitor respirasi dan status O2
3.       
Hipertermia b.d proses penyakit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 5x24 jam diharapakan pasien:
-          Suhu tubuh pasien dalam rentang normal
-          Nadi dan RR normal
-          Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak pusing
-          Berikan obat penurun panas
-          Kompres dengan air biasa
-          Monitor TTV
4.       
Cemas b.d perubahan status kesehatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 5x24 jam diharapakan pasien:
-          Pasien tidak merasa cemas lagi
-          Pasien merasa nyaman
-          Gunakan pendekatan yang menenangkan
-          Ajak pasien untuk berdiskusi tentang penyebab cemasnya
-          Berikan motivasi agar pasien tidak merasa cemas

E.     Implementasi keperawatan
Tgl/jam
No. Dx
Implementasi
Evaluasi

1.       
-          Mengkaji nyeri
-          Memposisikan pasie senyaman mungkin, misal: semi fowler
-          Menggunakan komunikasi teraupetik agar pasien dapat mengekspresikan nyeri
-          Mengajarkan teknik nafas dalam atau distraksi relaksasi
-          Memberikan analgetik sesuai anjuran
-          Memonitot TTV


2.       
-          Melakukan oksigenasi
-          Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
-          Memonitor respirasi dan status O2


3.       
-          Memberikan obat penurun panas
-          Mengompres dengan air biasa
-          Memonitor TTV


4.       
-          Menggunakan pendekatan yang menenangkan
-          Mengajak pasien untuk berdiskusi tentang penyebab cemasnya
-          Memberikan motivasi agar pasien tidak merasa cemas


F.     Evaluasi
Tgl/jam
No. Dx
SOAP

1.       
S: Pasien mengatakan nyeri berkurang
O: TTV dala rentang normal
A: Masalah keperawatan teratasi
P: hentikan intervensi

2.       
S: Pasien mengatakan sudah tidak sesak lagi
O: Pasien tampak bernafas normal dan tidak terdengar wheezing
A: Masalah keperawatan teratasi
P: Hentikan intervensi

3.       
S: Pasien mengatakan sudah tidak merasa panas lagi tubuhnya
O: suhu badan pasien normal
A: Masalah keperawatan teratasi
P: hentikan intervensi

4.       
S: pasien mengatakan sudah tidak cemas lagi
O: pasien terlihat gembira
A: masalah keperawatan teratasi
P: hentikan intervensi